Independen News

Wartawan Senior Bongkar Fakta di Balik Kasus Pemerkosaan Massal Mei 1998


JAKARTA -Varia Independen
Kontroversi terkait kasus pemerkosaan massal etnis Tionghoa selama kerusuhan Mei 1998 masih menjadi perdebatan hangat di masyarakat. Menteri Kebudayaan Fadli Zon mempertanyakan adanya kasus pemerkosaan massal, memicu reaksi dari wartawan senior yang terlibat dalam peliputan dan investigasi pada saat itu.

Darmawan Sepriyossa, wartawan senior yang tergabung dalam tim redaksi Majalah Tempo, mengungkapkan pengalamannya selama tiga bulan menelusuri kasus itu pada 1998 silam. "Kami menggali, mewawancarai banyak sumber, bahkan memperpanjang waktu peliputan," terangnya. Namun, tidak ada satu pun korban langsung atau bukti medis kuat terkait kasus pemerkosaan massal etnis Tionghoa yang berhasil ditemukan.Jumat (4/7). 

Sepriyossa menegaskan, "Dalam jurnalisme, air mata bukan arsip. Empati tidak boleh mengalahkan verifikasi." Ia juga mengutip prinsip ilmiah Carl Sagan yang berbunyi "Extraordinary claims require extraordinary evidence."

Wahyu Muryadi, mantan Redaktur Pelaksana Tempo, juga membagikan pengalamannya. "Kami gagal mendapatkan testimoni sahih dari korban," ujarnya.

Hermawan Sulistyo, Ketua Tim Asistensi TGPF, mengungkapkan bahwa hanya satu kasus potensial yang ditemukan, namun tidak dapat diverifikasi secara sahih. "Ada laporan tentang 150 pelaku memperkosa di toko berukuran 5x4 meter. Itu tidak masuk akal," tegasnya.

Perdebatan ini menimbulkan pertanyaan tentang kebenaran sejarah dan pentingnya membangun masa depan berdasarkan fakta dan bukti yang kuat. Sepriyossa menyimpulkan, "Kita tak bisa membangun masa depan dengan pondasi dusta, sebaik apa pun niatnya."

#ist

Type and hit Enter to search

Close